Ketua PWI Bekasi Raya: Wartawan Harus Melek Logika, Waspadai Kesalahan Berpikir dalam Pemberitaan

Berita21 Dilihat

DetikSR.id BEKASI– Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bekasi Raya, Ade Muksin, menegaskan pentingnya para wartawan untuk memahami dan menghindari “logical fallacy” atau kesalahan dalam berpikir logis saat menyusun berita dan menyampaikan informasi kepada publik.

Menurut Ade, banyak narasi menyesatkan yang disebarluaskan melalui media dengan dalih pemberitaan, padahal secara logika tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ia menilai, hal ini bisa terjadi karena sebagian wartawan belum membekali diri dengan kemampuan berpikir kritis dan logis.

“Logical fallacy adalah cara berpikir atau berargumen yang tampaknya masuk akal, tapi sebenarnya menyesatkan. Kalau wartawan tidak paham soal ini, maka dia bisa jadi corong propaganda tanpa sadar,” ujar Ade dalam keterangannya di Bekasi, Selasa (5/8/2025).

Ade mencontohkan beberapa jenis fallacy yang kerap muncul di media massa maupun media sosial, seperti ad hominem (menyerang pribadi, bukan argumen), false cause (menganggap dua peristiwa punya hubungan sebab-akibat tanpa bukti), serta straw man (membelokkan argumen lawan agar mudah diserang).

“Misalnya, ada pejabat bilang: ‘Jangan percaya kritik dari aktivis itu, dia juga dulu pernah bermasalah.’ Ini bukan jawaban terhadap kritik, ini contoh ad hominem. Tapi kalau wartawan mengutip pernyataan seperti itu tanpa analisis, maka media ikut menyebarkan kesesatan berpikir,” tegas Ade.

Ia juga mengingatkan bahwa wartawan yang tidak memiliki kesadaran logis bisa terjebak dalam membingkai berita secara tidak berimbang, membesar-besarkan opini tanpa dasar, atau ikut menyebarluaskan hoaks yang dibungkus narasi meyakinkan.

“Pers yang cerdas logikanya akan dihormati. Tapi pers yang ceroboh dalam nalar akan ditinggalkan publik karena dianggap tidak bisa dipercaya,” tambahnya.

Sebagai upaya peningkatan kapasitas wartawan di wilayah Bekasi, PWI Bekasi Raya mendorong pelatihan logika berpikir dan literasi kritis bagi anggotanya, termasuk melalui modul belajar logika praktis yang kini sedang disusun.

Di akhir pernyataannya, Ade Muksin menegaskan kembali bahwa logika adalah tameng utama wartawan dalam menjaga akurasi, integritas, dan tanggung jawab profesi.

“Jurnalisme bukan cuma soal siapa cepat menyampaikan, tapi siapa yang jernih dalam berpikir. Kalau logika kita rusak, maka berita kita bisa menyesatkan. Ini bahaya bagi demokrasi,” tutupnya.
(*/Red/Sky)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *