Kembali ke Akar Saat GMBI Menyeru Pemerintah untuk Tak Lupa Siapa yang Sebenernya Di Perjuangkan

Berita Daerah23 Dilihat

DetikSR.id Bandung, 10 November —
Hari ini bukan sekadar peringatan Hari Pahlawan. Di Bandung, gema dari ruang Rakernas ke-23 LSM Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) terasa lebih dalam: sebuah ajakan untuk menoleh ke belakang, bukan untuk mundur, melainkan untuk mengingat dari mana perjuangan ini bermula.

Di hadapan para kader, Ketua Umum GMBI, M. Fauzan Rachman, berbicara lantang namun jernih.

“Kita harus kembali kepada tujuan semula. Jangan biarkan perbedaan menghalangi kemajuan bersama. Pada Hari Pahlawan ini, saya harap seluruh keluarga besar GMBI menyadari makna ‘kembali ke akar’,” ucapnya, menegaskan arah baru yang sejatinya adalah arah lama, keberpihakan kepada rakyat kecil.

Dalam dunia yang makin bising oleh kepentingan, Fauzan menegaskan akar perjuangan GMBI tidak boleh tercabut.
GMBI, katanya, bukan alat kekuasaan, melainkan gerakan nurani yang tumbuh dari tanah penderitaan masyarakat yang terpinggirkan.

Rakernas kali ini melahirkan keputusan penting : pembenahan internal melalui regulasi baru agar setiap anggota tetap teguh pada komitmen awal, yaitu membela yang lemah, mendengar yang tak bersuara.

“Hari ini kita hasilkan aturan organisasi yang lebih kuat untuk kemajuan ke depan,” tegas Fauzan, memastikan arah gerak GMBI tetap di jalur kerakyatan.

Ketua Pelaksana Rakernas, Mohammad Mashur, menambahkan dengan nada yang tak kalah tajam,

“Kehadiran kami murni demi rakyat. Ke depan, visi dan misi GMBI harus nyata di lapangan. Fokus kami tetap satu : berpihak pada yang tertindas dan termarjinalkan.”

Namun gema Rakernas itu tak berhenti di Bandung. Gelombangnya terasa hingga ke Karawang, tanah industri yang di balik deru mesinnya masih tersimpan denyut rakyat kecil yang bertahan hidup di pinggir kesejahteraan.

April, Kepala Kesekretariatan DPD LSM GMBI Distrik Karawang, menyebut momen ini sebagai panggilan untuk menyatukan hati dan langkah.

“Pesan Ketua Umum adalah pesan nurani. Rakyat kecil di Karawang masih banyak yang berjuang sendirian. Rakernas ini mengingatkan kami untuk tidak pernah jauh dari penderitaan mereka. GMBI harus jadi pelindung yang nyata, bukan hanya simbol,” katanya.

Sementara itu, Asep Mulyana, Ketua DPD LSM GMBI Distrik Karawang, menyoroti pentingnya kesadaran moral bagi semua pihak, termasuk pemerintah daerah.

“Karawang harus berani menaruh kepentingan rakyat di atas segalanya. Ini bukan tentang politik, ini tentang kemanusiaan. Rakyat tidak butuh janji, mereka butuh kehadiran yang berpihak,” ujarnya dengan nada tegas namun santun.

Dan dari Rahmat Soepardi, Sekretaris DPD GMBI Distrik Karawang, muncul seruan yang sejuk namun menusuk :

“Kami bukan lawan pemerintah. Kami ingin menjadi mitra yang mengingatkan dengan kasih. Pembangunan tanpa keadilan sosial adalah pembangunan yang pincang. GMBI akan terus berdiri di sisi rakyat kecil, sembari mengajak pemerintah berjalan bersama demi perubahan nyata.”

Dari Bandung hingga Karawang, pesan itu sama : kembali ke akar perjuangan. Karena bangsa ini terlalu sering sibuk membangun gedung, tapi lupa membangun keadilan.
Terlalu sering bicara pertumbuhan, tapi lupa memastikan siapa yang ikut tumbuh.

Hari Pahlawan ini seolah jadi cermin bagi pemerintah di setiap daerah, termasuk Karawang untuk bertanya pada diri sendiri :
Apakah kebijakan yang dibuat hari ini benar-benar berpihak pada rakyat kecil, atau justru menjauh dari mereka?

GMBI telah mengingatkan, bahwa pahlawan bukan hanya mereka yang gugur di medan perang. Tapi juga mereka yang berani berpihak, berani jujur, dan berani kembali ke akar.(Rtn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *