Dari Balik Dondang! Strategi PHSS yang Diam-Diam Dongkrak Ketahanan Energi Indonesia!

Berita11 Dilihat

DetikSR.id Jakarta Selasa.2/12/2025 – PT. Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) terus memperkuat kinerja hulu migas melalui serangkaian inovasi teknologi pada aset-aset strategisnya. Salah satu fokus pengembangan berada di area Dondang, yang meliputi Lapangan Mutiara dan Pamaguan. Sepanjang 2025, area ini mencatatkan kontribusi signifikan dengan produksi stabil sebesar 3.600 barel minyak per hari serta sekitar 2 juta standar kaki kubik gas (MMSCFD). Capaian tersebut menyumbang kurang lebih 40 persen produksi minyak dan tujuh persen produksi gas PHSS secara keseluruhan.

Pencapaian tersebut tidak terlepas dari penerapan teknologi artificial lift yang disesuaikan dengan karakteristik reservoir di area tersebut. PHSS mengimplementasikan teknologi Permanent Coiled Tubing Gas Lift (PCTGL), yang terbukti meningkatkan stabilitas produksi pada sumur-sumur berkondisi tekanan rendah maupun memiliki kandungan gas terbatas. Dengan pendekatan ini, produksi dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan tanpa menambah risiko operasi, sekaligus memperpanjang umur produksi sumur. Saat ini, sebagian besar sumur di area Dondang telah memanfaatkan PCTGL sebagai solusi enhanced production.

Manager PHSS Field, Widhiarto Imam Subarkah, menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung ketahanan energi Nasional melalui optimalisasi investasi dan pengembangan teknologi yang efektif.

“Inovasi dan teknologi merupakan tulang punggung keberlanjutan produksi migas kami. Hal ini sejalan dengan komitmen PHE dan Pertamina dalam menyediakan pasokan energi yang andal bagi pembangunan Nasional,” ujarnya.

Menurut Imam, pengembangan area Dondang juga menghadapi tantangan geoteknis dan lingkungan yang kompleks. Lapangan Mutiara dan Pamaguan berada di kawasan bervegetasi lebat, sebagian di antaranya terletak pada area badan air, sehingga menuntut desain operasi yang adaptif, aman, dan ramah lingkungan.

“Kondisi lapangan mendorong kami menjalankan strategi operasi terintegrasi yang berorientasi pada keselamatan, kepatuhan, dan perlindungan lingkungan,” tambahnya.

Tantangan teknis lainnya mencakup struktur reservoir yang terfragmentasi akibat aktivitas tektonik, sehingga menghasilkan banyak patahan kecil dan mengakibatkan ketidakterhubungan antarresevoir. Selain itu, letak target reservoir yang berada di bawah badan air membutuhkan desain sumur khusus agar dapat mencapai zona produktif secara presisi.

“Ini memerlukan perencanaan menyeluruh agar potensi sumber daya dapat dimaksimalkan,” jelas Imam.

Manager Subsurface Development Area 1 Zona 9, Magfirah Rajab, menyampaikan bahwa tim subsurface terus melakukan kajian komprehensif untuk mengoptimalkan perolehan migas di Area 1. “Evaluasi berkelanjutan menjadi kunci dalam menjaga kesinambungan produksi, sekaligus membuka peluang inovasi di tengah dinamika karakter reservoir,” ujarnya.

Ke depan, PHSS akan melanjutkan strategi pengembangan area Dondang secara bertahap dan terukur sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Melalui kolaborasi dengan SKK Migas, pemerintah daerah, dan seluruh pemangku kepentingan, PHSS berkomitmen memastikan operasi berjalan aman, andal, serta memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar wilayah kerja.

PHSS merupakan bagian dari PT. Pertamina Hulu Indonesia (PHI) di Zona 9, yang mengoperasikan Wilayah Kerja Sanga Sanga, Kalimantan Timur, sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama di bawah pengawasan SKK Migas. Selain menjaga keberlanjutan operasi, PHSS bersama afiliasi PHI menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di berbagai sektor untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
( Rls /Tim/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *