Jak Tumewan, Pdt. Dr. Shephard Supit, Laksda TNI (Purn) Desi Albert Mamahit dan Tokoh-tokoh Minahasa Dirikan Perkumpulan Minahasa Raya

Berita12 Dilihat

DetikSR.id Jakarta – Soft Launching Perhimpunan Minahasa Raya dan Pakatuan berlangsung sukses di D Tuna Restoran Jl. Rawasari By Pass, Rawamangun, Jakarta Pusat, Senin (23/6/2025) kemarin. Dalam acara ini juga digelar Diskusi Panel ‘Minahasa Bangkit” dihadiri panelis dan undangan dari tokoh-tokoh Minahasa Raya, Sulawesi Utara.

Kegiatan ini juga dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT (Hari Ulang Tahun) ke-498 Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Selain itu juga sebagai Peringatan 100 Tahun Falsafah Almarhum Prof. Dr. GSSJ Sam Ratulangi asal Sulawesi Utara berdarah Minahasa.

Ada sekitar 70-an orang hadir pada kegiatan ini, di antaranya Laksamana Madya TNI (Purn.) Desi Albert Mamahit, Christian Pua, Fabian Thomas Sarundayang, Markus Wauran, Pdt. Timmy Warouw, Grace Taliwongso, Steven Sahelangi dan Jims Charles Kawengian. Hadir juga Elkan Zakaria Sekjen Tani Indonesia dan Syafrudin Budiman SiP (Gus Din) Ketua Umum Perhimpunan UKM Indonesia.

Diskusi Panel menampilkan empat pembicara/narasumber yakni Mayjen TNI (Purn) Ivan Pelealu, Nova Sumolang, Pdt. A. Shephard Supit (Co-Founder) dan Benny Matindas. Dimana acara ini dipimpin MC Delvi Kaliey dan sebagai Moderator Pdt. Donald Sendouw.

Ada poin-poin penting terkait upaya kemajuan Minahasa Raya dihasilkan dalam diskusi panel tersebut. Jak TW. Tumewan, selaku penggagas (Founder) kegiatan mengungkapkan rasa syukurnya karena kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan sukses.

“Soft Launching Perkumpulan Minahasa Raya dan Pakatuaan ini bisa terjadi dilaksanakan, karena adanya perlindungan Tuhan dan dukungan banyak pihak,. Kami sampaikan terima kasih untuk kemajuan Minahasa Raya,” ujar Jak Tumewan sapaan akrabnya dalam rilis media, (Senin, 30/6/2025) di Jakarta.

Jak Tumewan juga berterima kasih kepada Tuhan, kepada para narasumber, mereka yang hadir, berpartisipasi/mengisi acara dan mendukung kegiatan ini. Dirinya mengajak kelompok komunitas Minahasa Raya bergandengan tangan untuk bersama-sama memajukan budaya Minahasa lewat wadah perjuangan ini.

“Perkumpulan Minahasa Raya ini akan bergerak untuk kemajuan dan kebaikan serta kesejahteraan tanah leluhur, Minahasa tercinta. Sementara gerakannya akan terlibat pada kegiatan Pendidikan, Budaya, Sosial, Ekonomi dan Kesejahteraan warga Minahasa,” ucap Jak Tumewan.

Sementara itu Steven Sahelangi Sekretaris penggagas (Founder) Perkumpulan Minahasa Raya dan Pakatuaan mengatakan, organisasi ini dalam rangka memaksimalkan potensi warga Minahasa, baik di perantau atau di Sulawesi Utara. Sehingga ada sinergi bersama untuk memaksimalkan potensi dalam gerakan pendidikan, budaya, pertanian dan lainnya.

“Soft Launching ini adalah momentun untuk menyatukan tokoh-tokoh Minahasa Raya untuk peduli pada tanah kelahiran. Segala potensi di berbagai bidang harus dimaksimalkan agar ada manfaat untuk Bangkit Minahasa,” ujarnya.

Kemudian Fabian R. Sarundayang selalu penggagas (Founder) mengatakan, pertemuan Minahasa Raya dan Pakatuaan ini adalah untuk menyemangati dan mendukung agar Bangkit Minahasa menjadi alat persatuan. Dimana warga Minahasa bersatu, gotong royong dan saling mendukung untuk kemajuan sosial budaya Minahasa.

“Perkumpulan Minahasa Raya dan Pakatuaan. Ini untuk menyatukan resource (red-Sumber Daya Manusia) warga Minahasa. Sehingga  persatuan dan gotong royong ini menjadi kekuatan besar untun memajukan warga Minahasa baik di Jakarta maupun di Sulawesi Utara,” katanya.

Selanjutnya Nova Sumolang pengusaha asal Minahasa menyampaikan rasa pedulinya atas berdirinya Perkumpulan Minahasa Raya dan Pakatuan. Dirinya berharap organisasi ini bisa menjadi wadah untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di Minahasa, Sulawesi Utara.

“Potensi usaha atau bisnis pariwisata, kegiatan sosial budaya, cagar alam, laut dan pantai harus bisa dikelola secara maksimal. Jika ini digarap dengan baik maka warga Minahasa bisa merasakan dampak ekonomi. Organisasi inilah yang harus terlibat untuk memakmurkan peluang usaha di Minahasa,” jelasnya.

Sementara itu Grace Taliwongoso selaku pembudidaya tanaman pangan mengatakan, masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara harus bangkit di bidang pertanian dan tanaman pangan. Salah satunya yang menjadi pembudidayaannya adalah Kedelai, Kacong Koro dan lainnya.

“Sayang berharap tanaman pangan kacang kedelai dan kacang koro bisa menjadi alternatif pangan untuk warga Minahasa. Sehingga bisa diolah dan memberikan potensi ekonomi yang luas dan memberikan nilai lebih. Saat ini di Sulawesi Utara dan propinsi lainnya kami sudah melakukan pembudidayaan tanaman tersebut,” ungkapnya.

Minahasa Sebagai Entitas Sejarah dan Budaya Indonesia

Selain itu Laksamana Madya TNI (Purn.) Desi Albert Mamahit, selalu tokoh Minahasa berharap pada generasi muda Minahasa untuk meneladani perjuangan Samratulagi pahlawan asal Minahasa. Dimana pada generasi mendatang untuk terlibat dalam membangkitkan semangat harkat martabat Minahasa dalam bingkai NKRI.

“Sosok Samratulagi memberikan semangat agar masyarakat Minahasa maju dalam pendidikan, budaya dan ekonomi. Kesan previlage jaman kolonial Belanda bagi pendidikan warga Minahasa tidak lagi ada, untuk itu harus terus maju dalam pendidikan, agar kesejahteraan terus terwujud” tandasnya.

Kemudian Pdt. Dr. Shephard Supit (Co-Founder) Ketua Umum Perkumpulan Minahasa Raya dan Pakatuan menjelaskan, Falsafah hidup dari Pahlawan Nasional Samratulagi adalah bagaimana menyatukan warga Minahasa. Sebagai warga Kawanua Minahasa falsafah Pakatuan menjadi bentuk untuk persatuan warga Minahasa dimanapun berada.

“Isu gerakan Perkumpulan Minahasa Raya dan Pakatuan ini adalah fokus di Pendidikan dan Pertanian. Agar warga Kawanua Minahasa bisa maju dari sisi pendidikan dan sejahtera dari sisi pertanian yang menjadi basis perekonomian warga Minahasa, Sulawesi Utara,” katanya.

Dalam rangka menguatkan ide dan implementasi warga Minahasa yang berdiaspora di seluruh Indonesia, khususnya Jakarta untuk tetap memegang budaya dan bahasa Minahasa. Dengan menguatkan nilai-nilai budaya Pakatuan, warga Minahasa bisa bangkit menjalankan falsafah Samratulagi.

“Kebudayaan Minahasa adalah entitas budaya yang harus dipertahankan dan dilestarikan, acar menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Yang mana menjujung tinggi nilai-nilai luhur dan adat istiadat Minahasa,” tambah Supit salam akrabnya.

Terkahir Benny Matindas pengamat budaya Minahasa mengatakan, Budaya Minahasa itu ada dalam hal yang dirumuskan Samratulagi. Budaya Minahasa sangat kaya dan beragam, dengan berbagai tradisi, kesenian, dan nilai-nilai sosial yang unik.

Kata Benny, Sam Ratulangi, seorang tokoh penting Minahasa, dikenal karena filosofinya “Si tou timou tumou tou” yang berarti “manusia baru dapat disebut manusia jika sudah dapat memanusiakan manusia”.

“Samratulagi dikenal karena perjuangannya memperjuangkan hak-hak masyarakat Minahasa dan perannya dalam nasionalisme Indonesia. Nilai-nilai Sosial Mapalus adalah  tradisi gotong royong dalam mengerjakan berbagai kegiatan, mencerminkan semangat kebersamaan dan solidaritas masyarakat Minahasa,” ujarnya.

Sementara, Si Tou Timou Tumou Tou adalah Filosofi yang menekankan pentingnya saling menghargai dan memanusiakan sesama manusia. Kemudian Torang Samua Basudara: Ungkapan yang berarti “kita semua bersaudara,” memperkuat rasa persatuan dan kekeluargaan di antara masyarakat Minahasa.

Semua ini kata Benny, berawal dari sejarah dan budaya yang menjadi entitas bangsa Minahasa yang menjadi bagian NKRI, baik secara global dan kosmopolitan.

“Minahasa adalah bagian sejarah sebagaimana tertuang program Nawacita pemerintahan Jokowi. Sebab, Vietnam bisa maju karena menguatkan sejarah dan bahkan sekarang negara ini bisa ekspor beras ke manca negara, karena berhasil mempersatukan warganya lewat sejarah,”pungkasnya. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *