MUI DKI Jakarta dan UIA Gelar Seminar Internasional Bahas Islam dan Identitas Nasional

Berita19 Dilihat

DetikSR.id Jakarta, 30 September 2025 – Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta bekerja sama dengan Universitas Islam As-Syafi’iyyah (UIA) menggelar seminar internasional bertema “Islam and National Identity: From Religious Affiliation to Social Responsibility” di Graha Alawiyah, Kampus UIA, Jakarta, Rabu (30/9).

Seminar ini bertujuan meneguhkan dasar akademis dan keagamaan bahwa Islam memiliki khazanah pemikiran klasik yang mendukung integrasi iman, kebangsaan, dan tanggung jawab sosial. Kegiatan tersebut juga diharapkan memperkuat kontribusi umat Islam dalam membangun kebangsaan yang konstruktif.

Rektor UIA Prof. Dr. Masduki Ahmad, SH., MM., dalam sambutannya menegaskan pentingnya dialog akademis untuk menjawab tantangan identitas kebangsaan di tengah arus globalisasi.

Ketua Umum MUI DKI Jakarta, KH. Muhammad Faiz, menyatakan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bahkan dalam kondisi peperangan. “Islam mewajibkan umatnya berlaku baik terhadap tawanan maupun masyarakat sipil,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Syeikh Muhammad Salim Abu ‘Ashi, M.A., Guru Besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dari Universitas Al-Azhar, Kairo, menegaskan bahwa Islam tidak boleh dipahami berdasarkan tafsir pribadi tanpa landasan keilmuan. Menurutnya, peradaban, aturan, dan norma dalam Islam harus dipelajari dari ulama yang memiliki kapabilitas ilmiah dan kapasitas moral agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. “Pemahaman Islam harus berangkat dari Al-Qur’an dan Hadits,” tegasnya.

Ia juga menyoroti pandangan tentang cinta tanah air yang kerap dianggap bertentangan dengan ukhuwah Islamiyah yang bersifat universal. Menurutnya, mencintai tanah tumpah darah merupakan bagian dari fitrah manusia dan tidak mungkin dipertentangkan dengan ajaran Islam. “Agama diturunkan Allah untuk kemaslahatan individu maupun kolektif. Karena itu, cinta tanah air justru mendapat wadah dan legitimasi dalam fikih serta kaidah ushul fikih,” ujarnya.

Lebih lanjut, Syeikh Abu ‘Ashi menekankan bahwa keberagaman bangsa, budaya, ras, dan agama merupakan kehendak Allah yang harus disikapi dengan semangat litaarafu atau saling mengenal. Ia menjelaskan bahwa ta’aruf mengandung makna i‘tiraf (pengakuan), bahwa manusia diciptakan berbeda-beda, dan dari pengakuan itu lahirlah ma‘rifah (pemahaman mendalam).

“Dengan kesadaran itu, umat manusia akan terdorong untuk ber-fastabiqul khairat, berlomba dalam kebaikan, serta bertebaran di muka bumi membawa manfaat. Inilah identitas muslim yang sejati, yang mampu memberi kontribusi positif bagi kebangsaan dan persaudaraan,” pungkasnya.

Seminar berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab bersama peserta. Turut hadir dalam acara tersebut Sekretaris Daerah DKI Jakarta Marullah Matali, Sekretaris Umum MUI DKI KH. Auzai Mahfuz, Lc., MA., Ketua Yayasan Perguruan Tinggi As-Syafi’iyyah Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH., LL.M., pengurus MUI DKI, dosen, serta mahasiswa UIA dan PKU. Ervinna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *