Yayasan Rehabilitasi Kobong Assyifa Bekerjasama dengan UPT Puskesmas Ketapang Gelar Penyuluhan Kesehatan

Kesehatan15 Dilihat

DetikSR.id TANGERANG, | Dalam Upaya memperkuat pendekatan promotif dan preventif dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA), UPT Puskesmas Ketapang secara konsisten melaksanakan program penyuluhan kesehatan yang terjadwal setiap tiga bulan di Pondok Rehabilitasi Kobong Assyifa. Kegiatan ini menjadi bagian integral dari strategi intervensi komunitas yang berbasis edukasi dan dukungan psikososial, dengan sasaran utama peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan motivasi para santri rehabilitasi,Rabu (25/6/2025).

Ketua Yayasan Rehabilitasi Kobong Assyifa, Rusdi Kirana, S.Th.I, menggarisbawahi urgensi keberlanjutan kegiatan penyuluhan kesehatan sebagai bagian integral dari proses rehabilitasi berbasis edukatif dan transformatif. Dalam keterangannya, dirinya menyampaikan bahwa kegiatan penyuluhan kesehatan yang diselenggarakan secara triwulanan di Pondok Rehabilitasi Kobong Assyifa bertujuan untuk memperluas literasi kesehatan para klien/santri serta menumbuhkan kesadaran kritis terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA).

“Penyuluhan ini bukan sekadar sarana penyampaian informasi, tetapi merupakan bentuk intervensi strategis dalam mendukung proses pemulihan fisik, mental, dan sosial klien/santri rehabilitasi. Melalui edukasi yang sistematis dan dukungan psikososial yang berkesinambungan, kami mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik para klien/santri rehab untuk menjalani rehabilitasi dengan sungguh-sungguh dan kembali menjadi individu yang sehat serta produktif dalam masyarakat,” papar Rusdi Kirana dengan penuh keyakinan.

Rusdi Kirana juga menekankan bahwa kerja sama kolaboratif dengan pihak Puskesmas Ketapang merupakan elemen penting dalam mendukung keberhasilan program rehabilitasi yang holistik dan berorientasi pada penguatan kapasitas diri klien/santri rehab. Program penyuluhan tersebut tidak hanya menanamkan nilai-nilai hidup sehat, tetapi juga membentuk karakter resilien yang adaptif terhadap tantangan kehidupan pasca rehabilitasi.

“Komitmen yayasan terhadap pendidikan kesehatan akan berkelanjutan untuk menjadi refleksi dari pandangan bahwa pemulihan dari adiksi harus dilakukan secara komprehensif, inklusif, dan berbasis nilai kemanusiaan,” terangnya

Kegiatan ini merupakan bagian dari program terpadu yang bertujuan untuk meningkatkan literasi kesehatan serta mendukung proses pemulihan klien rehabilitasi secara holistik.Hal ini tidak semata-mata menjadi agenda rutin pelayanan, melainkan menjadi cerminan komitmen institusional dalam menerapkan pendekatan promotif-preventif secara terintegrasi dan berkelanjutan.

Dalam sambutannya, Dokter Wulan selaku tenaga medis perwakilan dari Puskesmas Ketapang menekankan pentingnya sinergi antara kesehatan fisik dan mental dalam mendukung keberhasilan proses rehabilitasi jangka panjang. Penyuluhan kesehatan bukan sekadar transfer ilmu, namun juga menjadi medium refleksi dan pemberdayaan individu dalam membangun kembali kualitas hidup yang sehat dan produktif

“Pemeriksaan skrining kesehatan menyeluruh untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) dan penyakit menular, mencakup pengukuran tekanan darah, kadar gula darah, asam urat, kolesterol, serta deteksi dini kondisi medis lainnya. Skrining ini bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan metabolik secara dini sebagai langkah pencegahan komplikasi jangka panjang bagi klien/santri rehabilitasi.” paparnya dengan penuh empati.

Selain aspek fisik, kegiatan ini juga menitikberatkan pada peningkatan kesadaran terhadap risiko penyakit yang sering dikaitkan dengan penggunaan narkoba melalui jarum suntik, seperti HIV, sifilis, dan hepatitis B maupun C. Sebagai bagian dari mitigasi risiko, klien/santri rehabilitasi yang memiliki riwayat penggunaan jarum atau memiliki tato diperiksa secara khusus untuk mendeteksi potensi infeksi hepatitis C.

Melengkapi pendekatan multidimensi tersebut, tim medis juga menginisiasi pemeriksaan skrining kesehatan jiwa, yang mencakup identifikasi gejala depresi dan gangguan kecemasan. Hal ini mempertimbangkan bahwa tekanan psikologis akibat keterputusan hubungan sosial dan lemahnya pembinaan keluarga menjadi faktor pemicu yang signifikan dalam dinamika rehabilitasi.

Lebih lanjut, Wulan menyampaikan Apresiasinya atas Program berkelanjutan kerja sama ini menjadi cerminan bahwa penyelesaian permasalahan narkotika tidak cukup hanya melalui intervensi hukum, tetapi juga menuntut pendekatan humanistik yang menyentuh aspek biologis, psikologis, dan sosial secara holistik.

“Kami berharap sinergi antara Puskesmas Ketapang dan Yayasan Kobong Assyifa dapat terus berlanjut secara konsisten setiap tahun. Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi para santri atau warga binaan rehabilitasi, tetapi juga membangun sistem layanan kesehatan yang inklusif, responsif, dan transformatif bagi masyarakat luas,” lugasnya.

Materi yang disampaikan mencakup sejumlah aspek krusial, seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), manajemen stres, pencegahan penyakit infeksius, hingga pentingnya dukungan sosial sebagai determinan sosial kesehatan. Seluruh sesi dirancang secara interaktif dan partisipatif, membangun dialog dua arah antara fasilitator dan peserta guna menciptakan proses belajar yang kontekstual, relevan, dan bermakna.

Lebih dari sekadar kegiatan edukatif, penyuluhan ini menjadi bukti nyata bahwa transformasi sistem layanan kesehatan mensyaratkan keterlibatan aktif dari seluruh komponen masyarakat—mulai dari tenaga kesehatan, institusi rehabilitasi, hingga individu yang menjadi subjek pemulihan itu sendiri. Pendekatan ini sekaligus merefleksikan semangat inklusivitas dalam pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pemulihan martabat manusia.(Pndi/rhm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *