2 Tahun Thufan Al-Aqsa: 1 Juta Warga Gaza Bertahan dalam Reruntuhan, Melawan dalam Kekurangan

Berita29 Dilihat

DetikSR.id Jakarta,10 Oktober 2025 menandai fase baru dalam sejarah panjang penderitaan Palestina. Operasi Thufan Al-Aqsa, bentuk perlawanan warga Gaza atas blokade Israel telah menyulut perhatian dunia. Tapi sejak saat itu pula, Gaza kembali menjadi medan bencana kemanusiaan.

Dua tahun telah berlalu. Dalam waktu itu, lebih dari 68.00 warga Palestina gugur, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak. Ratusan ribu lainnya luka-luka.

Hanya dalam waktu 730 hari, Israel berhasil membuat satu juta jiwa lebih kehilangan tempat tinggal, keluarga, bahkan masa depan. Di bawah langit yang terus mengancam, warga Gaza bertahan. Di balik dinding yang runtuh, mereka masih mencari anak-anaknya, keluarganya. Di tenda-tenda pengungsian yang seadanya, mereka masih melanjutkan hidup dengan segala yang tersisa.

Gencatan Senjata Adalah Sebuah Jeda, Bukan Titik Akhir

Malam tadi, setelah 2 tahun genosida berlangsung, gencatan senjata resmi diumumkan. Untuk kali kedua, Gaza akhirnya bisa merasakan hening sejenak. Tak ada drone di udara. Tak ada dentuman. Anak-anak akhirnya bisa bermain dan menari kecil dengan perasaan lebih aman di antara puing, dan para orang tua berkali-kali bertakbir sambil mengucap syukur tanpa henti

Namun, jeda ini bukan akhir. Ini hanya ruang bernapas di tengah perjuangan panjang menuju kemerdekaan yang sejati. Karena gencatan senjata tak berarti keadilan sudah ditegakkan. Perjalanan Palestina belum usai.

Indonesia untuk Gaza: Dari Rakyat untuk Rakyat

Di tengah blokade ketat dan keterbatasan distribusi, bantuan dari rakyat Indonesia tetap mengalir. Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Dewan Dakwah menjadi salah satu ujung tombak yang terus menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, menjembatani harapan para donatur dengan kebutuhan nyata di lapangan.

Dalam dua tahun terakhir (Oktober 2023–Oktober 2025), inilah kontribusi nyata yang berhasil disampaikan melalui LAZNAS Dewan Dakwah:

– Bantuan Pangan: Sejak kali pertama perlawan tercetus di Oktober 2023 lalu, distribusi food packages, makanan siap saji, paket qurban, dan makanan hangat terus dijalankan—mengalir hingga pelosok kamp pengungsian.
– Layanan Kesehatan: Di tengah keterbatasan, pengobatan darurat tetap disalurkan, termasuk untuk luka perang, dan perawatan anak-anak yang terluka.
– Perlengkapan Perempuan: Termasuk distribusi kerudung dan kebutuhan dasar perempuan yang dikemas dalam box khusus dengan memperhatikan privasi dan nilai syar’i.
– Tenda Darurat: yang menjadi tempat tinggal sementara bagi ribuan keluarga.
– Perlengkapan Musim Dingin: Selimut, jaket, penghangat, dan alas tidur dibagikan untuk melawan dinginnya musim yang membekukan di tengah serangan.
– Santunan untuk Yatim Gaza: Anak-anak yang kehilangan orang tua akibat agresi menerima bantuan tunai dan pendampingan psikososial.
– Paket Higienitas: Menjadi barang langka yang disediakan untuk menjaga kesehatan dasar.
– Iftar Palestina: Setiap Ramadhan, ribuan paket berbuka puasa disiapkan di dapur umum untuk keluarga yang tak lagi memiliki dapur sendiri.
– Distribusi Air Bersih & Gandum: Dua hal paling krusial untuk bertahan, dikirim berkala sesuai izin akses distribusi.
– Sekolah Darurat: Dukungan ruang belajar darurat bagi anak-anak yang tetap ingin belajar meski atap sekolahnya roboh.
– Bantuan Airdrop & Dapur Umum: Saat jalur darat terputus, distribusi dari udara menjadi penyambung harapan, dan dapur umum menjadi ruang bertahan hidup.

Setiap bantuan ini bukan sekadar barang, tapi bukti nyata juga pesan istimewa dari kita bahwa kita selalu bersama Palestina.

Gaza adalah cermin dari keteguhan. Ketika banyak yang melihat kehancuran, Gaza menunjukkan keberanian untuk membangun dari puing. Ketika dunia mulai lelah, Gaza tetap bertahan.

Dan kita, rakyat Indonesia, telah menjadi bagian dari perjuangan itu. Dengan cinta, melalui zakat, infak dan sedekah, uluran tangan dari kita yang terus menguatkan saudara di Palestina.

Perjalanan belum selesai. Tapi setiap langkah berarti. Karena dalam setiap roti yang dibagi, dalam setiap tenda yang ditegakkan, setiap pembelaan yang lantang disuarakan tersimpan bagian kecil dari harapan besar untuk Palestina yang bebas dan berdaulat.

Gaza belum merdeka. Tapi Gaza belum menyerah. Dan selama masih ada hati yang peduli, perjuangan ini tidak akan berhenti.
Ervinna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *