JIC Pentaskan Drama Kolosal “Pangeran Jayakarta” di TIM, Wagub DKI: Saya Bangga Para Kiai Main Drama

Berita63 Dilihat

DetikSR.id JAKARTA–Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) atau Jakarta Islamic Centre (JIC) sukses menggelar pertunjukan drama kolosal sejarah bertajuk Pangeran Jayakarta “Cahaya Islam di Bumi Betawi” di Teater Besar Taman Ismail Marjuki (TIM), Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (30/6/2025). Pertunjukan dibuka oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno.

Wagub Rano mengapresiasi dan menyampaikan rasa bangga atas pertunjukan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1447 Hijriah dan HUT DKI Jakarta ke-498 ini.

“Saya bangga dan bahagia kalau para alim ulama, para kiai sudah main drama. Atas nama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saya ucapkan terima kasih. Saya bangga dan bahagia kalau alim ulama, para kiai sudah main drama, hati saya bangga,” ungkap Rano kepada penonton yang memadati teater pertunjukan.

Wagub Rano menyampaikan salam dari Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang berhalangan hadir. “Pak Gubernur titip salam. Maaf beliau tidak bisa hadir,” ujar Wagub Rano.

Rano berharap pada tahun berikutnya, pertunjukan drama kolosal sejarah seperti ini dapat digelar lebih megah dengan lokasi pertunjukan yang lebih besar. Sehingga dapat menjadi sarana mengenalkan sejarah bangsa kepada warga Jakarta.

Sementara itu, Wakil Kepala PPIJ KH Didi Supandi mengatakan kegiatan ini merupakan tahun kedua pelaksanaan. Menurutnya, kegiatan ini bagian dari syiar Islam mengenalkan para tokoh yang berperan berjuang mengusir penjajah.

“Saya berharap nilai dari cerita akan memperkuat semangat persatuan dan kesatuan membangun bangsa Indonesia, khususnya kota Jakarta. Pementasan Islam menyambut 1 Muharam ini memiliki nilai keselamatan. Sehingga kita bisa menjaga kebersamaan dan persatuan memajukan Indonesia khususnya Jakarta,” kata Kiai Didi.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ), KH. Muhyiddin Ishak, memberikan arahan beberapa saat sebelum acara pementasan budaya digelar. Ia menekankan pentingnya kehadiran Jakarta Islamic Centre (JIC) agar semakin dirasakan oleh masyarakat di seluruh wilayah DKI Jakarta.

Menurut KH. Muhyiddin Ishak, JIC tidak hanya berperan sebagai pusat kegiatan keislaman, tetapi juga harus aktif menyentuh berbagai lapisan masyarakat melalui program-program budaya dan ekonomi syariah yang relevan. “Keberadaan JIC harus lebih membumi. Masyarakat harus bisa merasakan manfaat dan kehadiran kita, bukan hanya secara fisik, tetapi melalui nilai dan kegiatan yang langsung menyentuh kehidupan mereka,” ujarnya.

Untuk diketahui, tahun 2024 di tempat yang sama PPIJ atau JIC juga menggelar pertunjukan drama kolosal. Saat itu pertunjukan mengangkat kisah sejarah Syekh Subakir, seorang ulama Wali Sanga periode pertama yang menyebarkan Islam di bumi Nusantara.

Di tahun kedua, pertunjukan drama kolosal JIC mengangkat kisah sejarah Pangeran Jakarta. Pentas pertunjukan yang disutradarai oleh Prof. Imam Sulewardho Bumiayu yang dengan apik mengemas perjalanan perjuangan sang pangeran dalam menyebarkan dakwah Islam di tengah tekanan penjajahan.

Pangeran Jayakarta digambarkan sebagai sosok sentral yang menjadi buruan utama tentara penjajah karena kiprahnya dalam menyuarakan keadilan dan nilai-nilai Islam di wilayah Batavia. Kisah heroiknya dihidupkan kembali di atas panggung dengan tata artistik dan musikal yang kuat.

Pertunjukan ini juga menghadirkan Music Director H. Agus Suradika yang menambah kekayaan emosi dalam setiap adegan melalui komposisi musik bernuansa tradisional dan religius. Sementara itu, Ir. H. Sukri Karjono dipercaya sebagai Pimpinan Produksi, memastikan seluruh elemen pertunjukan berjalan dengan baik dan terorganisir.

Menariknya, peran tokoh Fatahillah dalam pentas ini dimainkan oleh Prof. Bunyamin, yang juga merupakan salah satu pimpinan Baznas Bazis DKI Jakarta. Ikut juga para akademisi Jakarta diantaranya Edi Sukardi, Tadjuddin, Nurlina Rahman, Anita Damayanti, Lelly Qodariah dan Kehadirannya memperkuat pesan dakwah dan sejarah yang ingin disampaikan kepada masyarakat. (Ervinna)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *