DPP Barkade Gusdur Kecam Keras Perusakan Rumah Doa GKSI di Padang, Negara Harus Hadir

Berita67 Dilihat

DetikSR.id Jakarta – Dewan Pimpinan Pusat Barisan Kader Gusdur (DPP Barikade Gusdur) mengecam kembali terjadinya tindakan intoleran antar agama. Kali ini terjadi pengrusakan rumah doa yang dijadikan tempat pendidikan agama jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tengah, Kota Padang, Sumatera Barat pada Minggu (27/7/2025).

Dalam pernyataan resminya, Barikade Gusdur menyoroti kehadiran negara dalam beberapa kasus intoleransi yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia belakangan ini. Sebab, negara harusnya mampu mendeteksi dan mencegah terjadinya tindakan-tindakan intoleran antar agama.

“Kami dari DPP. Barikade Gus Dur mengecam keras atas perbuatan yang tidak terpuji ini. Kami mendesak agar Presiden Prabowo Subianto dan Kapolri, Jenderal Lystio Sigit mengambil tindakan tegas dan memproses hukum para pelaku. Jangan biakan para kelompok intoleran dan kriminal merajalela. Karena akan bisa terjadi lagi dimana-mana,” ujar Sekjen DPP Barikade Gusdur, Pasang Haro Rajagukguk dalam keterangan tertulis, Senin (28/72025).

Sebagaimana informasi yang viral, sebuah rumah doa milik jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Padang dirusak warga. Video perusakan rumah tersebut beredar di media sosial. Salah satunya yang diunggah di akun Instagram @infosumbar.

Dalam video itu, tampak sejumlah warga menghancurkan kaca-kaca jendela dengan batu dan kayu. Mayoritas wanita yang berada di dalam rumah bergegas keluar membawa anak-anak yang menangis histeris.

Dikutip dari Kompas.com, Pendeta GKSI Padang F Dachi mengatakan, rumah tersebut merupakan rumah doa yang juga difungsikan sebagai tempat pendidikan bagi siswa kristen belajar agama.

Dachi menjelaskan, awalnya puluhan jemaat sedang berdoa di rumah tersebut pada Minggu sore dan para siswa sedang belajar agama.

“Saat itu datang ketua RW dan RT memanggil untuk berbicara di belakang rumah. Namun di depan warga ramai datang dan melakukan perusakan,” kata Dachi saat dihubungi, Minggu malam. Kaca-kaca dipecahkan, listrik diputus, dan banyak peralatan yang dirusak.

Selain itu, kata Dachi, ada dua anak yang mengalami luka akibat aksi anarkistis itu.

Wali Kota Padang Fadly Amran datang langsung ke lokasi untuk melakukan mediasi. Adapun mediasi yang dihadiri pihak GKSI, warga, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Padang, dan Polri, dilaksanakan di kantor Camat Koto Tangah hingga tengah malam.

Fadly usai mediasi mengatakan telah dicapai kesepakatan antara kedua belah pihak. “Pertama, kita harus memahami lukanya perasaan saudara-saudara kita yang mengalami tindakan perusakan bahkan juga sampai ada korban luka,” kata Fadly saat dihubungi Kompas.com, Minggu malam. Fadly mengatakan peristiwa itu bukan perselisihan agama, tetapi murni insiden kesalahpahaman

Rumah yang dirusak merupakan rumah tempat pendidikan siswa Kristen dan bukan gereja.

Salmadanis mengatakan, awalnya pendeta mendatangi para siswa Kristen dari rumah ke rumah untuk belajar pendidikan agama. “Namun, dalam beberapa pertemuan terakhir, dikumpulkan di rumah tersebut sehingga menimbulkan kesalahpahaman,” kata Salmadanis.

Warga mengira rumah itu adalah tempat beribadah, di mana warga tidak mendapat pemberitahuan.

“Warganya tidak tahu itu rumah pendidikan. Sebenarnya sudah ada surat yang disiapkan, namun tidak sampai ke tangan ketua RW atau RT,” kata Salmadanis.

Karena adanya puluhan siswa yang datang dan diantar orangtua, membuat warga salah paham. “Ada puluhan siswa yang belajar di sana dan diantar orangtuanya sehingga ramai. Warga setempat bertanya-tanya karena tak ada pemberitahuan sehingga munculkan tindakan perusakan itu,” kata Salmadanis.

Salmadanis mengatakan kesalahpahaman itu diharapkan tidak terjadi di kemudian hari. “Setiap agama itu mengajarkan kerukunan atau toleransi. Semuanya bisa dibicarakan agar tak terjadi kesalahpahaman,” kata Salmadanis. (Ervinna)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *