DetikSR.id Jakarta – Haul Sinuwun raja Pakubuwono VI dan Sinuwun Raja Pakubuwono IX bertempat di Balai Tetap Setia PP POLRI JL. Siaga Raya No 2O Pasar Minggu Jakarta yang di gelar pada (4/1/2025) merupakan momen penting.
Hadir dalam acara tersebut Kanjeng Pangeran Bios Abiyoso Hadiningrat, KPH.Adp.Maji Notonegoro, KRA Adp.Mahendrani K.Paramasari, Ulfa Bone, Elvita, Keluarga besar Sinuwun Raja Pakubuwono VI dan Sinuwun Raja Pakubuwono IX
Menurut Kanjeng Pangeran Bios Abiyoso Hadiningrat mengisahkan, Almarhum PB VI naik tahta dalam usia belia yaitu pada usia 16 tahun, namun kenyang dengan pengalaman sebagai seorang pemuda beliau mencita citakan mengusir penjajah Belanda karena tidak tahan menyaksikan penindasan terhadap bangsa dan negara, cita cita luhur ini semakin subur berkat dukungan para pendampingnya apalagi sebagai keturunan eyang dalem sultan agung prabu hanyokrokusumo maka rasa kebangsaan selalu mengusik beliau untuk membebaskan bangsa dari cengkraman, rongrongan penjajah Belanda berupa tekanan terhadap keraton Surakarta yang harus menyetor harta benda kepada kompeni belanda. Menggugah rasa kebangsaan beliau, Sinuhun PB VI berusaha agar pemerasan ini segera di hentikan dengan cara memperat persatuan dan kesatuan dalam wadah kerajaan Mataram Surakarta hadiningrat,
Lebih rinci di katakan Kanjeng Pangeran Bios, Perjuangan ini tidak dapat di lepaskan dari pangeran di ponegoro yang sedang memerangi pemerintah Belanda secara gigih di Tegalrejo, Yogyakarta. Hubungan darah pangeran di ponegoro dengan pangeran Sapardan adalah sebagai paman. Hubungan kedua pangeran ini sangat erat sampai saat pangeran Sapardan di nobatkan sebagai Pakubuwono VI. Persamaan kedua tokoh ini sama sama berdarah raja raja Mataram. Dan sama sama dengan gigih mengusir penjajah Belanda.
Dengan tipu muslihat, Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro kemudian menangkap Sinuhun Banguntopo pada waktu sedang bersemedi di Parangtritis. Untuk di bawa ke Semarang dan di asingkan ke Ambon, Belanda tidak memberi kesempatan sedikitpun kepada beliau untuk berpamitan kepada keluarganya di Surakarta. Pesan beliau apabila pada saatnya nanti isteri beliau yang sedang mengandung melahirkan seorang putra agar di nobatkan sebagai raja karaton Surakarta Hadiningrat.
Sinuwun Banguntopo di beritakan wafat oleh penjajah Belanda pada hari Minggu pon, 12 rejeb 1777atau tanggal 2 Juni 1849 karena kejatuhan tiang layar kapal pada waktu beliau bermain perahu layar. Berita tersebut akhirnya terungkap sebagai kebohongan pada saat pemindahan jenazah beliau. Beliau wafat, gugur sebagai Kusuma Bangsa karena terjangan peluru oleh penjajah Belanda. Kepalsuan sejarah terkuak setelah seabad lamanya yaitu pada waktu pemerintah RI mengangkat beliau sebagai pahlawan nasional pada tanggal 17 November 1964.
Baginya cinta tanah air adalah sebagian dari iman BRM Sapardan, Sinuhun Pakubuwono VI, Sinuhun Banguntopo telah lama meninggalkan kita, beliau seorang pejuang sejati, Seorang pahlawan nasional yang harus dan patut menjadi suri tauladan bagi semua keturunan beliau. Di kisahkan oleh Kanjeng Pangeran Bios Abiyoso Hadiningrat trah PB VI.(Red/ervinna)