Jaff, Jaff Market dan MoU Indonesia Belanda

Berita110 Dilihat

DetikSR.id Yogyakarta, – Riuh dan kemeriahan festival perfilman terbesar di Asia Tenggara, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), sukses digelar dan resmi berakhir pada 7 Desember 2024. Edisi ke-19 yang mengusung tema “Metanoia” ini menampilkan berbagai program inovatif yang menyoroti transformasi dunia perfilman Indonesia dan Asia.

Selama delapan hari penyelenggaraan di Empire XXI Yogyakarta, mulai 30 November hingga 7 Desember, JAFF 2024 menampilkan 182 film dari 25 negara, termasuk Indonesia, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, Filipina, Iran, dan Singapura. Festival ini juga melibatkan lebih dari 120 sineas baru yang berpartisipasi dalam berbagai kategori kompetisi dan program khusus. Dengan jumlah pengunjung mencapai 24.000 orang, JAFF kembali meneguhkan posisinya sebagai platform penting untuk eksplorasi karya, diskusi kreatif, dan kolaborasi lintas budaya.

Menurut Ifa Isfansyah, Direktur Festival JAFF, festival tahun ini menegaskan betapa besar potensi sinema sebagai medium yang menghubungkan masyarakat dan budaya. “Penutupan JAFF 2024 bukanlah akhir, melainkan awal dari pengaruh yang lebih besar terhadap ekosistem perfilman kita. Harapan saya, berbagai diskusi, kolaborasi, dan apresiasi selama JAFF dapat terus memotivasi para sineas untuk menghasilkan karya-karya yang tak hanya relevan di dalam negeri, tetapi juga mampu berbicara di kancah global,” ujar Ifa.

JAFF 2024 merupakan hasil kolaborasi dengan Kementerian Kebudayaan, LPDP, Lembaga Sensor Film, Dinas Kebudayaan DIY Yogyakarta, serta berbagai mitra yang turut mendukung berbagai program festival, termasuk inisiatif strategis JAFF Market. JAFF Market, sebuah platform formal yang menghubungkan para pelaku industri film lokal dan internasional, untuk pertama kalinya digelar selama tiga hari, dari tanggal 3-5 Desember 2024, di Jogja Expo Center. Pasar Film perdana ini berhasil menarik perhatian 6.723 pengunjung dari berbagai kalangan, usia, dan daerah, termasuk 1.054 professional yang terakreditasi sebagai pemegang Market Badge. Program-program unggulan di JAFF Market meliputi Film Industry Exhibition, JAFF Future Project, JAFF Content Market, JAFF Market Partnership Forum, Film Conference, Talent Day, JAFF Market Screening Room, dan beragam Networking Event.

 

Baca juga:Persiapan Destinasi Wisata Gunung Dago Sambut Pengunjung di Musim Libur Nataru 2024-2025

 

JAFF Market mencatat 1.767 pertemuan bisnis serta menghasilkan 63 Nota Kesepahaman (MOU). Salah satu kesepakatan strategis yang menonjol adalah kerja sama antara Indonesia, yang diwakili oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, dan Belanda, yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda. Kesepakatan ini difasilitasi melalui penandatanganan Nota Kesepahaman yang mencakup berbagai inisiatif, termasuk fasilitasi produksi bersama untuk film, dokumenter, animasi, serta format digital lainnya. Selain memberikan akses ke jaringan distribusi internasional, kerja sama ini membuka peluang bagi sineas Indonesia untuk mengakses pendanaan dari Belanda dalam proyek-proyek co-production. Langkah tersebut tidak hanya mempererat hubungan bilateral antara kedua negara, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan industri kreatif di Indonesia dan Belanda.

Linda Gozali, Direktur JAFF Market, menegaskan pentingnya kolaborasi yang terjalin di JAFF Market. “Pasca berakhirnya JAFF Market, kita telah melihat bagaimana industri perfilman Indonesia semakin siap serta terbuka untuk menangkap peluang kerja sama dengan negara Asia dan internasional. Dengan terciptanya ribuan pertemuan bisnis dan berbagai kesepakatan yang ditandatangani bersama, saya percaya dampak dari JAFF Market akan terus berlanjut, mendorong sineas kita untuk menjalin kolaborasi lebih luas dan memperkuat posisi Indonesia di dunia perfilman global,” ungkap Linda.

JAFF 2024 juga menghadirkan selebrasi perfilman Indonesia melalui pemutaran film-film unggulan seperti “Samsara” karya Garin Nugroho sebagai film pembuka dan “1 Kakak 7 Ponakan” besutan Yandy Laurens sebagai film penutup. Karya-karya ini menjadi simbol perkembangan sinema nasional yang semakin matang dan berdaya saing.

Dengan rangkaian program yang kaya dan kolaborasi internasional yang semakin meluas, JAFF 2024 tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni budaya dan film, justru kini JAFF telah bertransformasi melahirkan JAFF Market sebagai platform strategis untuk membangun masa depan perfilman Asia yang lebih inklusif dan progresif dengan perfilman Indonesia sebagai cikal bakal pertumbuhan. Semangat “Metanoia” yang diusung menjadi cerminan optimisme untuk menjadikan industri kreatif Indonesia sebagai pemain kunci di pentas global. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *