Kondisi Industri Sarang Burung Walet Melemah, Benny Hutapea Harapan Presiden Prabowo Bisa Mengatasi

Berita46 Dilihat

DetikSR.id Jakarta – Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Petani Sarang Walet Nusantara (PPSWN) Benny Suryo Sabath Hutapea menyampaikan fenomena melemahnya kondisi industri Sarang Burung Walet di Indonesia. Benny Hutapea sapaan akrabnya menceritakan sejarah bisnis liur walet ini yang sudah berkembang sejak abad ke-17.

Katanya, pada abad ke-17, sarang burung walet dimanfaatkan sebagai makanan sehat untuk tubuh. Dari catatan tersebut, diketahui bahwa Admiral Zheng He atau disebut Cheng Ho dan armada kapalnya sedang berlayar di laut.

Salah satu armada kapal Zheng He secara tidak sengaja makanan sarang burung walet yang cukup banyak yang terletak di dinding goa.

“Mereka (red- pelaut Cina) sempat terjebak dalam badai topan, yang membuat mereka kelaparan, karena tidak adanya makanan dan minuman yang memadai. Mereka pun mencari apa saja agar bisa menjadi makanan, salah satunya sarang burung walet,” kata Benny Hutapea saat dihubungi wartawan senior Syafrudin Budiman, Kamis (20/8/2025) di Jakarta.

Menurutnya, tanpa pikir panjang, mereka kemudian mengambilnya dan berencana untuk memasak sup sarang walet, untuk pertama kalinya di dunia. Khasiatnya terasa pada keesokan harinya, karena tubuh mereka lebih fit dan segar.

“Dari sinilah mulai ditemukan salah satu manfaat sarang burung walet untuk kesehatan karena bisa menambah stamina dan kekebalan tubuh,” ucap Benny Hutapea pengusaha Sarang Burung Walet ini.

Maka dari itu kata dia, Admiral Zheng He memutuskan untuk mencari peruntungan melalui sarang burung walet dan menjadi hadiah pertama yang dipersembahkan kepada Raja Dinasti Ming (1368-1644 AD), Raja Ming Chengzu.

Tak heran jika kepopuleran sarang burung walet meluas di kalangan kerajaan Tiongkok dengan begitu cepat pada masanya. Di era tahun 1960-2019 harga jual sarang burung walet mahal bisa mencapai 40 juta perkilo.

Kata Benny Hutapea, perkembangannya makanan rumah walet sudah tersebar ratusan ribu di seluruh penjuru indonesia dan ada jutaan petani budidaya sarang burung walet.

“Para petani dapat meng-ekspor ke beberapa negara, yaitu china, hongkong, singapure, united states of america, australia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Canada, Japan, Korea. Untuk kebutuhan, makanan, obat-obatan dan kosmetik,” tuturnya.

Indonesia Penghasil Terbesar Sarang Burung Walet

Menurut Benny Hutapea, saat ini Indonesia adalah penghasil terbesar, budidaya sarang burung walet di Dunia. Bahkan, pada 4 Mei 2021 Presiden Jokowi melakukan rapat terbatas perihal sarang burung walet.

“Dalam hubungan bilateral negara, pada  27 juli 2023 Presiden Indonesia dan Cina menghasilkan kesepakatan kerjasama terkait ekspor walet Indonesia-Cina. Kesepakatan hasil pertemuan ini ditanda-tangani  Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping,” terang Benny Hutapea.

Sementara di era saat ini, petani budidaya sarang burung mengalami krisis. Hal ini disebabkan harga jual sarang burung walet mengalami penurunan drastis 2.5 juta per/kilo.

“Para petani budidaya mengikuti arahan Bapak Presiden Prabowo untuk dapat melakukan hilirisasi bahan baku siap saji. Dimana untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor,” ujar Benny Hutapea.

Namun kata dia, Perusahaan-perusahaan budidaya sarang burung walet (Procesing) mendapat sanksi pengiriman oleh GACC Cina. Regulasi Pemerintah Cina ini sangat menghambat para petani, sehingga terjadi PHK puluhan ribu karyawan saat ini.

“Kami berharap hadirnya Pemerintah sebagai fasilitator, yang juga mampu menjadi bapak asuh sebagai pendorong kemajuan para petani walet. Sehingga dapat menjadi problem solver stabilisasi harga dan sanksi ekspor,” tukas Benny Hutapea.

Terakhir kata dia, Perkumpulan Petani Sarang Walet Nusantara (PPSWN) menyampaikan, keluh kesah kami atas kondisi industri Sarang Burung Walet di NKRI.  Dimana diharapkan semakin lama akan semakin tumbuh kembali, terutama eksportasi produk Sarang Burung Walet ke negara Cina dan negara lainnya.

“Kalau produksi industri Sarang Burung Walet berjalan dengan baik. Mulai dari pembibitan, pemeliharaan, pemanenan, dan pengembangan produksi, serta pemasaran. Maka akan banyak menyerap tenaga kerja dan meningkatkan penghasilan negara dalam sektor pajak ekspor,” pungkas Benny Hutapea menceritakan suka-duka menjadi seorang petani Sarang Burung Walet. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *