Padepokan PSHT bersama PPBPN Gelar Budaya Wungonan Resik Tosan Aji di Malam Purnama Suro

Budaya247 Dilihat

DetikSR.id Bekasi – Dalam suasana khidmat dan penuh makna, Padepokan PSHT yang berlokasi di Jalan Mawar No.10 Babakan, Kelurahan Mustika Sari, Kecamatan Mustika Jaya, Bekasi, menjadi saksi pelaksanaan gelar budaya Wungonan Resik Tosan Aji pada malam purnama Suro, Kamis malam Jumat, 10 Juli 2025.

Acara yang digelar bersama PPBPN (Paguyuban Pelestari Budaya Pusaka Nusantara) bertepatan dengan puncak bulan purnama di bulan Suro ini merupakan bagian dari tradisi spiritual dan budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di lingkungan PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate).

“Wungonan Resik Tosan Aji” sendiri merupakan ritual penyucian pusaka dari sumber air 7 sumur sumbangan PSHT. senjata pusaka dan peninggalan leluhur sebagai simbol penghormatan terhadap warisan budaya, sekaligus sebagai bentuk penyucian batin dan spiritual para peserta.

Hadir dalam acara Ir Eddy Asmanto selaku Ketua Majelis Luhur PSHT, Staff khusus menteri kebudayaan RI Gusti Putri Wulansari,
Pimpinan Upacara Wungonan dari Sastrajendra Living Academy Romo Toni Junus Kanjeng ngGung, Gus Ali Rahman, Purwanto Budi Santoso selaku Sekjen PSHT dan sekaligus Penasehat PPBPN

Acara dimulai sejak pukul 21.00 wib hingga menjelang tengah malam, diawali dengan doa bersama, pembacaan wirid, dan prosesi pembersihan pusaka dengan air kembang tujuh rupa serta pembakaran dupa sebagai simbol pemurnian jiwa. penuh khidmat,

Purwanto Budi Santoso selaku Sekretaris Jenderal Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Penasehat Pusat Paguyuban Pelestari Budaya Pusaka Nusantara (PPBPN), menegaskan pentingnya menjadikan acara Wungonan sebagai anyaman tradisi yang memperkuat identitas budaya bangsa.

Lanjut Purwanto bahwa kegiatan budaya seperti Wungonan bukan sekadar seremoni spiritual atau rutinitas tahunan, melainkan jalinan nilai-nilai luhur warisan leluhur yang harus terus dihidupkan oleh generasi penerus. “Wungonan bukan hanya acara budaya, tapi merupakan simpul spiritual, sosial, dan historis yang menganyam nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan kita sehari-hari,” ujarnya dengan penuh semangat.

Ia menyebut acara yang sarat dengan makna ini dihadiri oleh para pendekar PSHT, tokoh masyarakat, budayawan, serta generasi muda yang antusias mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari resik tosan aji, doa bersama, hingga pertunjukan seni tradisi. Semuanya berpadu dalam suasana khidmat dan penuh makna.

Purwanto juga menambahkan bahwa kehadiran PPBPN sebagai mitra dalam pelestarian budaya semakin memperkuat sinergi antara organisasi masyarakat dan lembaga budaya nasional. “Kita tidak bisa bekerja sendiri dalam menjaga warisan ini. Harus ada kolaborasi, dari tingkat komunitas hingga nasional. Itulah semangat dari Wungonan ini, menjadi benang yang mengikat kita dalam anyaman tradisi Nusantara,” jelasnya.

Gelaran ini pun mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan, karena dinilai mampu menjaga nilai spiritualitas dan kebudayaan di tengah arus modernisasi yang deras. Dengan semangat kebersamaan, acara Wungonan di malam Purnama Suro ini menjadi simbol kuat bahwa budaya adalah akar yang tak boleh tercerabut.

Ketua majelis luhur PSHT Ir Eddy Asmanto menyampaikan, Di acara ini mudah mudahan memberikan suasana yang akrab, Wungonan Reresik Tosan Aji malam purnama syuro yang merupakan tradisi budaya ritual yang sakral
untuk membersihkan hati dan bathin kita bukan saja pembersihan pusaka.

” Ini merupakan momen peristiwa yang luar biasa yang pertama kali di adakan, mudah mudahan di waktu kedepan terus di lanjutkan,” Terangnya.

Sementara Staf Khusus Menteri Kebudayaan RI Gusti Putri Wulansari menegaskan pentingnya pelestarian budaya lokal di tengah arus modernisasi yang semakin pesat. Dalam pernyataannya menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, komunitas adat, serta generasi muda untuk menjaga keberlangsungan warisan budaya bangsa.

” Budaya bukan sekadar warisan masa lalu, tapi juga pijakan kita melangkah ke masa depan. Untuk itu, pelestarian budaya harus menjadi gerakan bersama, bukan hanya tugas negara,” ujarnya

Lebih lanjut Ia menyampaikan bahwa, Kementerian Kebudayaan telah membuka ruang partisipatif melalui berbagai program seni budaya. Menurutnya, keterlibatan aktif masyarakat, terutama anak muda, menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya bangsa.

Melalui program-program strategis seni budaya, Kementerian berharap budaya Indonesia tidak hanya dipertahankan, tetapi juga menjadi kekuatan yang memperkaya jati diri bangsa, Pungkas Gusti Putri Wulansari

Menurut panitia acara Satriyo, kegiatan ini bukan hanya bentuk pelestarian budaya, namun juga sarana introspeksi diri di malam yang dianggap sakral. “Malam purnama Suro bukan malam biasa. Ini momentum untuk membersihkan bukan hanya tosan aji (senjata pusaka), tetapi juga hati dan pikiran kita. Semangat ini yang ingin kita hidupkan kembali di generasi ke generasi.

Acara tersebut di dukung oleh Soto Kudus Bukit Kencana Pondok Gede.(Ervinna)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *