Pemuda sebagai Poros Perubahan di era Disrupsi.

Berita74 Dilihat

Oleh: Dr.Mustaufiq.,M.Si.,MH

DetikSR.id – Pemuda bukan sekadar kelompok usia muda, melainkan simbol energi, keberanian, dan pembaruan. Dalam sejarah bangsa, pemuda selalu menjadi motor perubahan mulai dari Sumpah Pemuda 1928 hingga era reformasi. Di era disrupsi saat ini, semangat itu dituntut hadir dalam bentuk baru yang inovatif dan adaptif terhadap perubahan teknologi dan sosial.

Disrupsi atau disrupt memiliki makna mengguncang atau merombak tatanan lama. Dalam konteks sosial dan teknologi, disrupsi menggambarkan pergeseran mendasar dalam cara hidup, bekerja, dan berpikir manusia akibat inovasi digital dan globalisasi.
Perubahan yang dulu terjadi dalam puluhan tahun kini bisa terjadi hanya dalam hitungan bulan. Bukan sekadar fenomena teknologi, tetapi juga fenomena budaya dan peradaban, yang mengubah nilai, pola interaksi, dan sistem sosial masyarakat. pada era disrupsi ini, Pemuda berada di garis depan perubahan. pemuda adalah kelompok paling cepat beradaptasi dan paling berani mengambil risiko.
Dalam era ini, pemuda dituntut bukan hanya untuk menyesuaikan diri, tetapi juga menjadi agen inovasi menciptakan solusi baru di tengah ketidakpastian, hal tersebut menjadi Ciri khas pemuda yang memiliki keberanian, rasa ingin tahu, dan semangat idealisme yang menjadikan pemuda sebagai katalis transformasi sosial. Namun, agar efektif energi itu perlu diarahkan dengan visi, nilai, dan kesadaran moral.

Kondisi saat ini, disrupsi sering dianggap menakutkan karena pola perubahan mengguncang sistem lama, menggeser lapangan kerja, dan menciptakan ketidakpastian. Namun, bagi pemuda yang berpikir kritis, era disrupsi justru membuka ruang kebebasan baru untuk berkarya tanpa batas. Pemuda bisa membangun usaha digital, mengedukasi masyarakat lewat media sosial, menciptakan inovasi lingkungan, atau membentuk komunitas sosial berbasis teknologi.

Kemajuan teknologi tidak selalu diikuti dengan kemajuan moral. Pemuda kini menghadapi derasnya arus informasi, budaya instan, dan godaan hedonisme digital.
Karena itu, tantangan terbesar bukan hanya soal kemampuan teknologi, tetapi bagaimana menjaga karakter, etika, dan nilai kebangsaan di tengah perubahan global yang cepat.

Pemuda harus memiliki kecerdasan digital, bukan hanya pandai menggunakan teknologi, tapi juga memahami dampak sosialnya. Literasi digital membantu pemuda berpikir kritis, tidak mudah terpengaruh hoaks, serta mampu menciptakan solusi yang inovatif dan Pendidikanlah yang membentuk karakter dan daya juang menjadi dasar agar pemuda tidak hanya mengikuti arus , tapi juga mengendalikan arusnya.

Dalam pandangan reflektif, peran pemuda di era disrupsi bukan hanya tentang karier atau ekonomi, tetapi tentang menentukan arah moral dan peradaban bangsa.
Pemuda diharapkan menjadi pelopor perubahan yang berbasis nilai menjadikan teknologi sebagai alat kemanusiaan, bukan alat dominasi. Dengan cara itu, maka pemuda akan menjadi penjaga nilai, pembaru sistem, dan penerus cita-cita bangsa.

Era saat ini, menuntut pemuda untuk tidak sekadar menjadi “pengguna” dunia baru, tetapi “pencipta” dunia baru yang lebih manusiawi.
Kunci utamanya ada pada 2 hal yakni Kecerdasan digital dan Keteguhan moral. Pemuda yang mampu menggabungkan keduanya akan menjadi garda terdepan dalam membangun masa depan bangsa yang tangguh dan beradab tidak biadab di tengah arus perubahan global.

Pada akhirnya, Dihari sumpah pemuda 28 Oktober tahun 2025 ini, kami pemuda pemudi indonesia harapan bangsa ujung tombak terdepan perubahan, kami titipkan salam dari indonesia timur di pijakan butta turatea jeneponto, di tumit selatan sulawesi selatan dengan ucapan selamat hari sumpah pemuda yang ke 97 Tahun, ” PEMUDA PEMUDI BERGERAK, INDONESIA BERSATU”.(Red)

# Jeneponto bahagia (Asriel).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *