Randhi Haryaningtyastomo S.Si: Seni Budaya Banyumas sebagai Panggilan Jiwa

Berita26 Dilihat

DetikSR.id Jakarta, — Sosok Randhi Haryaningtyastomo S.Si bukanlah nama asing di kalangan pelaku seni budaya Banyumas. Pria yang akrab disapa Randhi ini dikenal sebagai pegiat seni yang konsisten menjaga dan mengembangkan budaya lokal Banyumasan melalui **Sanggar Seni Panginyongan** yang ia dirikan bersama keluarga dan rekan-rekan seniman.gelar yang menempel bukanlah sarjana seni namu sarjana sains dengan sambil tersenyum namun jam terbang berkesenian melupakan sekedar gelar akademik.

Dalam Obrolan Budaya yang diproduksi oleh Budayantara.tv pada Minggu (9/11/2025) di Sanggar Seni Panginyongan, Randhi berbagi perjalanan panjangnya di dunia seni. Acara yang dipandu oleh Masdjo Arifin itu menghadirkan suasana hangat, penuh refleksi dan semangat pelestarian budaya.

> “Darah seni itu sudah mengalir di keluarga kami. Sejak kecil, saya tumbuh di lingkungan yang lekat dengan kesenian Banyumasan. Tari, musik tradisional, hingga seni peran menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” ujar Randhi.

Dari Sanggar Tari ke Sanggar Seni

Ketika ditanya mengapa memilih nama Sanggar Seni dan bukan Sanggar Tari,Randhi menjawab dengan penuh makna.
Menurutnya, **Sanggar Seni Panginyongan** bukan sekadar wadah tari, tetapi juga ruang kreatif lintas disiplin.

> “Kami ingin membuka ruang tumbuh bagi seluruh bentuk ekspresi seni. Tidak hanya tari, tapi juga seni peran, musik tradisional, dan seni pertunjukan lainnya. Di sinilah kami belajar dan berproses bersama,” jelas Randhi.

Tantangan di Tengah Gemerlap Budaya.

Meski banyak prestasi dan dukungan, Randhi tidak menutup mata terhadap persoalan yang masih menghantui dunia seni lokal. Ia menyoroti fenomena pembajakan talenta seni budaya oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan proyek kebudayaan.

“Masih ada pihak yang melihat seniman hanya sebagai alat proyek, bukan pelaku budaya yang harus dihargai. Ini menjadi ganjalan yang harus kita selesaikan bersama,” tegasnya.

Konten Lokal, Pasar Global

Melalui Sanggar Seni Panginyongan, Randhi menggagas konsep Konten Lokal, Pasar Global.sebuah visi besar agar seni budaya Banyumas tidak hanya dinikmati masyarakat lokal, tetapi juga mampu menembus pasar nasional bahkan internasional.

“Kami ingin seni Banyumasan menjadi konsumsi global. Dengan digitalisasi dan kolaborasi kreatif, budaya kita bisa dikenal luas tanpa kehilangan jati diri,” tambahnya penuh semangat.

Obrolan budaya bersama Randhi menjadi pengingat bahwa seni bukan sekadar hiburan, melainkan identitas dan panggilan jiwa. Dari Banyumas untuk Indonesia, semangat Panginyongan terus menari di antara irama zaman.(Red/rl)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *