Reses di Sukadanau, Akhmad Marjuki Serap Aspirasi Masyarakat Cikarang Barat

Berita98 Dilihat

 

DETIKSR. ID Bekasi – Rabu siang di Kp. Jarakosta Desa Sukadanau, Cikarang Barat, tak seperti biasanya. Kediaman H. Dirman yang umumnya sepi mendadak dipenuhi warga. Para ibu datang lebih awal, sebagian membawa anak, sebagian lagi menggenggam map lusuh berisi catatan. Di sudut ruangan, para bapak berdiskusi pelan membicarakan jalan yang berlubang, hingga pekerjaan yang semakin sulit didapat.

Hari itu, bukan sekadar pertemuan rutin. Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Akhmad Marjuki, SM.MM, hadir untuk melaksanakan Reses I Tahun 2025 sebuah momentum yang bagi warga desa, menjadi ruang langka untuk menyampaikan isi hati secara langsung kepada wakil mereka.

Satu per satu warga mengangkat tangan. Ada yang bicara pelan, ada pula yang suara bergetar menahan kesal. Ceritanya hampir serupa: jalan rusak yang tak kunjung diperbaiki, anak yang belum juga mendapat pekerjaan meski sudah melamar ke berbagai pabrik, hingga kartu KIS yang mendadak tak aktif karena kepala keluarga terlibat judi online.

Di antara kerumunan, HM Melih HS, perwakilan Pemerintahan Desa Sukadanau, hanya bisa mengangguk pelan. Ia tahu, keluhan itu nyata dan dirasakan banyak warganya setiap hari.

“Antusiasme warga tinggi, karena mereka ingin didengar. Dan hari ini mereka punya ruang untuk itu,” tuturnya.

Di depan mereka semua, Akhmad Marjuki duduk, mencatat satu per satu masukan yang datang. Sesekali ia mengangguk, lalu menatap warga yang sedang bicara. Tidak terburu-buru, tak memotong cerita.

“Reses bukan sekadar kewajiban formal. Ini saatnya saya mendengar langsung apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Semua akan saya bawa dan perjuangkan saat pembahasan anggaran nanti,” ucapnya.

Namun hari itu, yang menyentuh hati sebagian warga bukan hanya janji untuk memperjuangkan aspirasi. Melainkan juga tindakan kecil yang nyata.

Di akhir pertemuan, ia menegaskan ke seorang ibu dari majlis ta’lim Nurul Imam setempat. Dengan senyum sederhana, ia mengatakan satu set alat marawis menggunakan dana pribadinya akan segera dikirim.

Di ujung acara, tidak ada sorak-sorai berlebihan. Hanya senyum tipis, jabat tangan, dan harapan yang pelan-pelan tumbuh. Harapan bahwa dari sebuah pertemuan sederhana di balai desa, akan lahir perubahan kecil yang suatu hari menjadi besar.

Dan di hari itu, Desa Sukadanau setidaknya memperoleh satu hal yang sangat berarti: didengar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *